Isnin, 20 April 2009

Akibat Buat Maksiat

1)Maksiat Menghalangi Ilmu Pengetahuan

Ilmu adalah cahaya yang dipancarkan ke dalam hati. Namun, kemaksiatan dalam hati dapat menghalangi dan memadamkan cahaya tersebut. Ketika Imam Malik melihat kecerdasan dan daya hafal Imam Syafi'e yang luarbiasa, beliau (Imam Malik) berkata, "Aku melihat Allah telah menyiratkan cahaya di dalam hatimu, wahai anakku. Janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan maksiat".

2)Maksiat mengahalangi Rezeki

Jika ketakwaan adalah penyebab datangnya rezeki, maka meninggalkannya bererti menimbulkan kefakiran. "Seorang hamba dicegah dari rezeki akibat dosa yang diperbuatnya". (HR Ahmad)

3)Maksiat Menimbulkan Jarak dengan Allah

Diriwayatkan ada seorang lelaki yang mengeluh kepada seorang arif tentang kesunyian jiwanya. Sang arif berpesan, "Jika kegersangan hatimu akibat dosa-dosa, maka tinggalkanlah (perbuatan dosa itu). Dalam hati kita, tak ada perkara yang lebih pahit daripada kegersangan dosa di atas dosa".

4)Maksiat Menjauhkan Pelakunya dengan Orang Lain

Maksiat menjauhkan pelakunya dari orang lain, terutama dari golongan yang baik. Semakin berat tekanannya, maka semakin jauh pula jaraknya hingga berbagai manfaat dari orang yang baik terhalangi. Kesunyian dan kegersangan ini semakin menguat hingga berpengaruh pada hubungan dengan keluarga, anak-anak dan hati nuraninya sendiri. Seorang salaf berkata, "Sesungguhnya aku bermaksiat kepada Allah, maka aku lihat pengaruhnya pada perilaku binatang(kenderaan) dan isteriku".

5)Maksiat Menyulitkan Urusan

Jika ketakwaan dapat memudahkan segala urusan, maka pelaku maksiat akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi segala urusannya.

6)Maksiat menggelapkan hati

Ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah gelap-gulita. Ibnu Abbas RA berkata, "Sesungguhnya perbuatan baik itu mendatangkan kecerahan pada wajah dan cahaya pada hati, kekuatan badan dan kecintaan. Sebaliknya, perbuatan buruk itu mengundang ketidakceriaan pada raut muka, kegelapan di dalam kubur dan di hati, kelemahan badan, susutnya rezeki dan kebencian makhluk".

7)Maksiat Melemahkan Hati dan Badan

Kekuatan seorang mukmin terpancar dari kekuatan hatinya. Jika hatinya kuat maka kuatlah badannya. Tapi bagi pelaku maksiat, meskipun badannya kuat, sesungguhnya dia sangat lemah jika kekuatan itu sedang dia perlukan, hingga kekuatan pada dirinya sering menipu dirinya sendiri. Lihatlah bagaimana kekuatan fizik dan hati kaum muslimin yang telah mengalahkan kekuatan fizik bangsa Persia dan Romawi.

8)Maksiat Mnghalangi Ketaatan

Orang yang melakukan dosa dan maksiat akan cenderung untuk memutuskan ketaatan. Seperti selayaknya orang yang satu kali makan tetapi mangalami sakit berkepanjangan dan menghalanginya dari memakan makanan lain yang lebih baik.

9)Maksiat Memendekkan Umur dan Menghapus Keberkahan

Pada dasarnya umur manusia dihitung dari masa hidupnya. Sementara itu tak ada yang namanya hidup kecuaki jika kehidupan itu dihabiskan dengan ketaatan, ibadah, cinta dan zikir kepada Allah serta mementingkan keredhaanNya.

10)Maksiat Menumbuhkan Maksiat Lain

Seorang ulama salaf berkata bahawa jika seorang hamba melakukan kebaikan, maka hal tersebut akan mendorong dia untuk melakukan kebaikan yang lain dan seterusnya. Dan jika seorang hamba melakukan keburukan, maka dia pun akan cenderung untuk melakukan keburukan yang lain sehingga keburukan itu menjadi kebiasaan bagi si pelaku.

11)Maksiat Mematikan Bisikan Hati Nurani

Maksiat dapat melemahkan hati dari kebaikan dan sebaliknya akan menguatkan kehendak untuk berbuat maksiat yang lain. Maksiat pun dapat memutuskan keinginan untuk bertaubat.

Baca Sambungan!

Sabtu, 18 April 2009

Berapa lama Kita dikubur?

Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan menyeberangi kawasan lampu merah Karet.

Baju merahnya yg besar melambai-lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang ice-krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicapi, sementara tangan kirinya mencengkam Ikatan sabuk celana ayahnya.

Yani dan Ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak ke kanan & kemudian duduk Di atas tembok nisan "Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1915: 20- 01-1965"

"Nak, ini kubur nenekmu mari Kita berdo'a untuk nenekmu" Yani melihat wajah ayahnya, lalu meniru gaya tangan ayahnya yg mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo'a untuk Neneknya...

"Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya Yah." Ayahnya mengangguk sambil tersenyum, sambil memandang pusara Ibu-nya.

"Hmm, bererti nenek sudah meninggal 42 tahun ya Yah..." Kata Yani berlagak sambil matanya mengira dan jarinya berhitung. "Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 42 tahun ... "

Yani menoleh kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana . Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut "Muhammad Zaini: 19-02-1882 : 30-01-1910"


"Hmm.. Kalau yang itu sudah meninggal 106 tahun yang lalu ya Yah", jarinya menunjuk nisan bersebelahan kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengusap kepala anak satu-satunya. "Memangnya kenapa ndhuk( anak perempuan) ?" kata sang ayah menatap teduh mata anaknya. "Hmmm, ayah kan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu di kubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa dineraka" kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. "Iya kan yah?"

Ayahnya tersenyum, "Lalu?"
"Iya .. Kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 42 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 42 tahun nenek senang dikubur .... Ya nggak yah?" mata Yani bersinar keranana bisa menjelaskan kepada Ayahnya pendapatnya.

Ayahnya tersenyum, namun sekilas tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas ...... "Iya nak, kamu pintar," kata ayahnya pendek.

Pulang dari pemakaman, ayah Yani tampak gelisah Di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya... 42 tahun hingga sekarang... kalau kiamat datang 100 tahun lagi...142 tahun disiksa .. atau bahagia dikubur .... Lalu Ia menunduk ... Meneteskan air mata...

Kalau Ia meninggal .. Lalu banyak dosanya ...lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti Ia akan disiksa 1000 tahun?
’Innalillaahi WA inna ilaihi rooji'un’ .... Air matanya semakin banyak menetes, sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan, kalau 2000 tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur. Lalu setelah dikubur? Bukankah Akan lebih parah lagi?
Tahankah? padahal melihat adegan pameran dipukuli masa di tv kemarin ia dah tak tahan?



Ya Allah... Ia semakin menunduk, tangannya mengangkat, setinggi bahunya naik turun tak teratur.... air matanya semakin membanjiri pipi dan janggutnya…

”Allahumma as aluka khusnul khootimah”.. berulang Kali di bacanya DOA itu hingga suaranya serak ... Dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.

Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan Bambu. Di betulkannya selimutnya. Yani terus tertidur.... tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya arti sebuah kehidupan... Dan apa yang akan datang di depannya...

"Yaa Allah, letakkanlah dunia ditanganku, jangan Kau letakkan dihatiku..."

Sebarkan e-mail ini ke saudara-saudara Kita, mudah-mudahan bermanfaat.. ..

"Sebarkanlah walau hanya 1 ayat"

Baca Sambungan!

Jumaat, 17 April 2009

Aku Tinggalkan Cinta Kerana Dia

[perkahwinan.jpg]


Cerita dibawah ini adalah cerita sebenar luahan hati seorang lelaki yang dipetik dari empunya. Harap dibaca dengan teliti...amat menyayatkan hati?

Wahai teman-teman sekalian,

Kisah ini datang dari lubuk hati saya sendiri, apa yang saya rasa dan apa yang saya alami sendiri. Saya tidak bermaksud untuk mengeluh apatah lagi mengingkar apa yang telah Allah swt tetapkan kepada saya dan kita semua orang yang beriman dengan-Nya. Kisah ini saya khabarkan agar apa yang saya lalui tidak berlalu begitu saja tanpa saya kongsi dan tanpa saya rekodkan sebagai panduan bagi diri saya sendiri untuk hari-hari kemudian.

Saya sama seperti orang lain, punya keinginan untuk menyayangi dan disayangi. Walau bagaimanapun, tidak mudah bagi saya untuk jatuh hati pada seorang wanita. Saya tidak mencari seorang wanita untuk dijadikan kekasih, tetapi saya mencari seorang teman pendamping hidup saya hingga ke akhir hayat saya. Seorang yang boleh mengingatkan saya kiranya saya terlupa dan yang paling penting wanita yang amat saya percayai untuk mendidik anak-anak saya kelak dan generasi yang akan lahir daripada keluarga kami nanti. Untuk itu, sejak di bangku sekolah lagi saya telah letakkan beberapa syarat bagi seorang wanita untuk hadir dalam hidup saya dan dialah orangnya.


Dalam masa beberapa bulan saya belajar di sebuah pusat pengajian tinggi di Petaling Jaya, banyak perkara yang telah saya pelajari. Yang paling penting buat saya ialah, bagaimana saya mula mengenali wanita-wanita dalam hidup saya kerana saya sejak dari sekolah rendah belum pernah bergaul secara langsung dengan seorang wanita pun dan saya amat peka terhadap larangan pergaulan antara lelaki dan wanita kerana saya bersekolah di sebuah sekolah menengah agama lelaki berasrama penuh. Lantaran itu, saya tidak pernah punya hati untuk memberi cinta atau menerima cinta walaupun peluang itu hadir beberapa kali.

Saya mula mengenali si dia apabila kami sama-sama terpilih untuk mengendalikan sebuah organisasi penting di tempat kami belajar. Ditakdirkan Allah swt, dia menjadi pembantu saya. Dari situlah perkenalan kami bermula. Dia seperti yang telah saya ceritakan, bertudung labuh dan sentiasa mengambil berat tentang auratnya terutama stokin kaki dan tangannya. Itulah perkara pertama yang membuatkan saya tertarik padanya. Dia amat berhati-hati dalam mengatur bibir bicaranya, bersopan-santun dalam mengatur langkahnya, wajah yang sentiasa berseri dengan iman dan senyuman, dan tidak pernah ke mana-mana tanpa berteman. Suaranya amat sukar kedengaran dalam mesyuarat kerana dia hanya bersuara ketika suaranya diperlukan dan tidak sebelum itu. Saya melihat dia sebagai seorang mukminah solehah yang amat menjaga peribadinya dan maruah dirinya. Saya tidak pernah bercakap-cakap dengannya kecuali dia punya teman disisi dan atas urusan rasmi tanpa dipanjang-panjangka n. Saya seorang yang amat kuat bersembang dan sentiasa punya modal untuk berbual-bual seperti kata teman saya, tetapi dengan dia saya menjadi amat pemalu dan amat menjaga. Bagi saya, itulah wajah sebenar seorang wanita solehah. Dia mampu mengingatkan orang lain dengan hanya menjadi dirinya, tanpa perlu berkata-kata walaupun sepatah.

Pada hari terakhir saya di sana, saya punya tugas terakhir yang perlu saya selesaikan sebelum saya melepaskan posisi saya dan semua itu melibatkan dia. Sebaik sahaja semua kerja yang terbengkalai itu siap, saya mengambil peluang untuk berbual-bual deangan dia. Saya bertanya perihal keluarga dan apa yang dia rasa bertugas di samping saya untuk waktu yang amat sekejap itu. Alhamdulillah dia memberikan respon yang baik dan dari situlah saya mengenali dengan lebih dalam siapa sebenarnya pembantu saya ini. Namun, apa yang memang boleh saya nampak dengan jelas, dia amat pemalu dan dia amat kekok semasa bercakap dengan saya. Selepas itu barulah saya tahu, sayalah lelaki pertama yang pernah berbual-bual dengan dia bukan atas urusan rasmi sebegitu. Di situlah saya mula menyimpan perasaan, tapi tidak pernah saya zahirkan sehinggalah saya berada jauh beribu batu daripadanya.

Semasa saya berada di Jordan, saya menghubunginya kembali dan menyatakan hasrat saya secara halus agar dia tidak terkejut. Alhamdulillah, dia menerima dengan baik dan hubungan kami berjalan lancar selama empat bulan sebelum saya balik bercuti ke Malaysia. Kadang-kadang saya terlalai dalam menjaga hubungan kami dan dialah yang mengingatkan. Dialah yang meminta agar kami menghadkan mesej-mesej kami agar tidak terlalu kerap. Semua itu menguatkan hubungan kami dan bagi saya dialah teman hidup yang sempurna buat saya.

Walau bagaimanapun, sewaktu saya pulang ke Malaysia bulan lepas, ummi dapat menghidu perhubungan kami. Saya tahu ummi tidak berapa suka anak-anaknya bercinta tetapi saya tidak pernah menjangka ummi akan menghalangnya. Tetapi perhitungan saya silap, amat silap.

Buat pertama kali, adik perempuan saya memberitahu ummi sudah tahu perihal saya dan ummi tidak suka. Saya tidak pernah menganggapnya sesuatu yang serious sehinggalah ummi bercakap secara peribadi dengan saya pada suatu hari. Saya masih ingat lagi kata-kata ummi yang buat saya tak mampu membalas walau sepatah.

"I haven't found any entry in Islam that permit what you are doing right now. I haven't heard from anyone that love before marriage is permitted. But I know there's no relationship between male and female except for what is very important and official between them. So, may I know what kind of relationship you are having now and I want to hear it from your mouth that it is legal in what you have been learning until now."

"Not a single phrase, nor a word."

"My sweetheart, if you want to build a family, a faithful o¬ne, you can never build it o¬n what Allah has stated as wrong and proven false by the way Rasulullah has taught us. A happy and blessed family come from Allah, and you don't even have anything to defend it as blessed if the first step you make is by stepping into what He has prohibited. You can't have a happy family if Allah doesn't help you so, and you must know in every family that stands until their dying day, they have Allah o¬n their side. You can't expect Him to help you if you did the wrong step from the very beginning."

Saya tiada kata untuk membalas kerana semuanya benar. Saya tahu kebenaran itu sudah lama dulu, tetapi saya tak mampu untuk melawan kehendak nafsu saya sendiri. Saya akui, saya tertipu dengan apa yang dipanggil Cinta tak pernah membawa kita ke mana, andai cinta itu bukan dalam lingkungan yang Allah redha. Tiada cinta yang Allah benarkan kecuali selepas tali perkahwinan mengikatnya. Itulah apa yang telah saya pelajari lama dahulu dan dari semua kitab Fiqh yang saya baca, tiada satu pun yang menghalalkannya. Saya tahu kebenaran ini sudah lama dahulu, tetapi saya tidak kuat untuk menegakkannya. Saya tidak mampu menundukkan kemahuan hati saya. Dan kata-kata ummi memberikan saya kekuatan untuk bangkit dari kesilapan saya selama ini.

Ummi berkata:
"It's not me who want you to make a decision like this, but Allah tells you so."

Saya percaya, itulah yang terbaik buat saya dan dia. Dengan kekuatan itulah saya terangkan kepadanya, dan alhamdulillah dia faham. Amat faham. Walaupun air matanya seakan air sungai yang tidak berhenti mengalir, tetapi dia tahu itulah yang terbaik buat kami. Dia meminta maaf kepada ummi kerana menjalinkan hubungan yang tidak sah dengan saya, tetapi ummi memberi syarat, janganlah bimbang. Andai ada jodoh kamu berdua, insyaAllah, Dia akan temukan kamu dalam keadaan yang jauh lebih baik dari sekarang.

Hidup saya sekarang lebih tenang kerana tiada apa yang menggusarkan hati saya lagi. Hidup saya lebih bercakap kembali tentang agama saya dengan lebih bebas tanpa dihantui oleh perasaan berdosa. Bagi saya, dan dia, inilah saat untuk kami muhasabah kembali diri kami dan kami betulkan kembali segala kesilapan yang telah kami buat. Inilah saat untuk kami menjadi seorang ibu dan ayah yang berakhlak mulia dan berperibadi tinggi. Inilah masanya kami insafi kembali keterlanjuran kami dahulu dan memohon moga-moga Allah sudi memaafkan kami.

Sesungguhnya Ya Allah, aku insan yang sangat lemah. Aku tidak mampu melawan godaan syatian yang tidak pernah jemu, juga hambatan nafsu yang tidak pernah lesu. Ampunilah aku.

Walau bagaimanapun, perpisahan ini hanya untuk sementara. Saya telah berjanji dengan diri saya sendiri dengan diri saya sendiri, dialah yang akan menjadi teman hidup saya nanti. Sesungguhnya pencarian saya untuk seorang calon isteri telah berakhir. Insan seperti dia hanya satu dalam seribu. Mana mungkin saya melepaskan apa yang amat berharga yang pernah hadir dalam hidup saya. InsyaAllah, sekiranya Allah swt panjangkan umur, sebaik sahaja saya tamatkan pengajian saya di sini, saya akan kembali ke Malaysia dan melamarnya untuk menjadi permasuri di hati saya. InsyaAllah, saya akan setia menunggu saat itu, dan saya berusaha sedaya-upaya saya untuk mengekalkan kesetiaaan saya.

"Sekiranya kita telah bertemu dengan seorang insan yang amat mulia sebagai teman hidup kita, janganlah lepaskannya kerana kita tidak tahu bilakah pula kita akan bertemu deangan insan yang seumpamanya. "

Siapakah lagi dalam dunia ini yang menjaga abab berjalan antara lelaki dan perempuan sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi Musa a.s dan puteri Nabi Syaaib a.s beribu-ribu tahun dahulu?
sumber: amal_maahad@yahoogroup.com

Baca Sambungan!

Sabtu, 11 April 2009

Izrail Sibuk di Gaza

“Adik mahu jadi Izrail!” Begitu kata adik usai aku bacakan biografi Izrail alahissalam, malaikat maut yang wajib diimani oleh aku, adik dan sesiapa sahaja yang mengaku beragama Islam. Jangankan adik, sesiapa sahaja di bumi Gaza yang berdarah ini mahu menjadi Izrail agar bisa kami ambil nyawa tentera Zionis yang saban hari berusaha memastikan hidup kami kaya dengan derita. Dari Rafah sampai ke Bait Hanun, kamu tidak akan berjumpa satu meter persegi tanah yang sunyi daripada kelongsong peluru tentera Zionis. Kalau kamu berlari dari pesisir Mediteranean di Elei Sinai ke Erez kemudian terus ke Kem Khan Younis tempat aku dan adik berlindung sekarang ini, kamu tak akan temui satu inci pun tanah yang merdeka daripada darah penduduk Palestin.


Dua tahun yang sudah, aku, ibu, ayah dan adik tinggal di Rafah. Waktu itu umurku baru mencecah 17 tahun. Sweet seventeenth. Tidak, tidak... Tahun yang pergi dan tahun yang singgah tak pernah lekang dengan derita. Kata ibu, aku anak gadis yang cukup cantik. Kerana kecantikan itu, ibu melarang aku keluar sendirian. Berjaga-jaga kata ibu. Kata ibu lagi, kamu tidak tahu bila dan di mana kamu akan terserempak dengan haiwan. Lagi kata ibu, kalau kamu keluar, kamu belum tentu akan pulang. Oh ya... waktu itu aku agak rapat dengan Rachel Corrie. Ya Rachel. Pernah kamu terbaca mel elektronik Rachel dari Gaza? Tentang betapa derita kami anak-anak Palestin hidup di celahan puing bangunan yang runtuh dibedil rejim Zionis. Kadang-kadang aku tertawa dengan gelagat Rachel dengan lidah Inggerisnya sewaktu Rachel cuba menuturkan perkataan Arab. Rachel, gadis Inggeris yang berhati waja. Kadang-kadang aku rasakan dia itu lebih memahami kami berbanding saudara-saudara seagama dengan kami.

“Kaif Bush? Kaif Sharon?” tanya anak-anak kecil termasuk adik kepada Rachel. “Bagaimana Bush? Bagaimana Sharon?” Rachel kulihat menggaru kepalanya.“Bush majnoon, Sharon majnoon.” Pecah ketawa kami waktu Rachel mengatakan Bush dan Sharon gila dengan lidah Inggerisnya. Ya, barang kali Rachel benar. Bush gila, Sharon gila. Sewaktu Sharon diserang angin ahmar, kami jangkakan penggantinya mungkin akan punya dasar yang lebih lembut daripada Sharon. Ya, aku silap. Kalau Rachel masih hidup, barang kali anak-anak kecil akan bertanya, “Kaif Bush? Kaif Sharon? Kaif Olmert?” Mungkin akan segera disambut Rachel, “Bush majnoon, Sharon majnoon, Olmert majnoon.” Dan akan segera pula kami sambut dengan derai ketawa yang mungkin dihantar angin Mediteranean sampai ke Tel Aviv. Suatu ketika Rachel diserang selsema. Makcik Aisyah menjaga Rachel seolah-olah anak sendiri. Ya, Rachel sangat baik. Kadang-kadang aku rasakan dia lebih mulia daripada aku sendiri. Masakan tidak, dari Amerika dia ke sini, ke Rafah yang langitnya tidak pernah sunyi daripada peluru dan roket buatan negaranya sendiri. “Saya aktivis keamanan,” kata Rachel sewaktu mengunjungi rumahku yang hanya beberapa blok jauh dari kediamannya. Oh ya, Makcik Aisyah dan Rachel. Sering makcik tanyakan pada Rachel tentang ibunya, mengingatkan Rachel supaya menghubungi mereka, sampai suatu ketika Makcik Aisyah memeluk Rachel bila Rachel maklumkan bahawa ibunya berterima kasih kerana sudi menjaganya persis anak sendiri. Ya, Rachel... Aktivis keamanan yang mengorbankan segala bentuk kesenangan untuk bersama kami di Rafah. Beberapa bulan selepas ibu dan ayah membawa kami pindah ke Khan Younis, kami menerima berita Rachel mati dibunuh Zionis. Di saat-saat akhir hidupnya, Rachel dengan berani mendepangkan tangan di hadapan bulldozer yang sedang mara untuk merobohkan blok penempatan penduduk Arab Palestin. “Rachel jangan! Rachel jangan! Rachel jangan!” Jerit Makcik Aisyah. “Rachel jangan! Rachel jangan! Rachel jangan!” Jerit Nidal, jiran aku yang telah fasih berbahasa Inggeris dek didikan Rachel. Akhirnya mereka terdiam, Makcik Aisyah menangis. Nidal menangis. Tubuh Rachel pecah digilis bulldozer dan blok bangunan tetap hancur. Begitu yang diceritakan kepadaku oleh beberapa teman yang berpindah ke Khan Younis selepas peristiwa tersebut. Rachel, gadis manis, aktivis keamanan dan teman baru yang sanggup mati kerana kami.




Adik: Kakak! Kakak! Saya mahu jadi Izrail!

Adik mematikan lamunanku lalu menghalau kenanganku bersama Rachel Corrie. Seyum aku pada adik. Kamu boleh lihat kecederaan fizikal, emosi dan mental pada setiap batang tubuh anak-anak kecil di bumi berdarah Gaza. Zionis punya seribu satu cara untuk membuatkan kami menderita. Saban hari kamu akan mendengar berita tentang kematian. Barang kali dunia punya telinga yang pekak dan mata yang buta. Bukan, bukan. Aku patut kata dunia hanya pura-pura buta dan pekak. Selepas penangkapan Koperal Gilat Shalit, dunia bising dan nama Shalit disebut di merata dunia. Selama ini, berapa ribu rakyat Palestin termasuk wanita dan kanak-kanak yang diculik tapi langsung tidak dipedulikan dunia? Malah nama mereka langsung tidak disebut. Mereka pengganas! Sejak bila mempertahankan tanah milik sendiri dikatakan suatu tindakan keganasan? Ratusan tahun tanah Palestin dikongsi bersama perlbagai kepercayaan. Kamu boleh lihat gambar-gambar jemaah haji Kristian yang berbaris dengan ranting zaitun di tangan aman berarak sebelum Zionis menjarah bumi Palestin. Barang kali, kamu akan lebih percaya dengan melihat kesungguhan Yahudi Ortodoks yang turut sama membantah penubuhan Israel bersama kami penduduk Palestin. Zionisme, barah kemanusiaan. Zionisme lahir lewat pemikiran Herzl dan Weizmann dan bukannya Taurat. Kalau kamu rajin meneliti sejarah, sewaktu pengisytiharaan Israel, bukan sedikit yang membantah malah George Marshall, Setiausaha Amerika tegas memberi amaran kepada Presiden Truman. Kata Marshall, “kalau kamu mengiktiraf Israel sebagai sebuah negara, dan saya punya peluang untuk mengundi dalam pilihan raya, saya akan menggundi keluar kamu!” Ah! Sejarah begitu, siapa yang mahu peduli?

Adik: Kakak! Kakak! Adik mahu jadi Izrail.
Afya: Jangan! Izrail sibuk di Gaza.
Adik: Kenapa?
Afya: Sibuklah, banyak kerja. Ramai yang meninggal setiap hari.
Adik: Nak juga, nak juga! Adik nak jadi Izrail juga.

Entah bila Afya masuk ke khemah kami. Sepupuku ini memang rajin mengusik adik. Penderitaan sinonim dengan adik. Penderitaan sinonim dengan Afya. Penderitaan sinonim dengan aku. Penderitaan sinonim dengan seluruh penduduk Gaza. Jangankan adik, malah Afya, aku dan seluruh penduduk Gaza mahu jadi Izrail supaya lekas kami bebaskan tanah berdarah ini daripada Zionis. Zionis punya seribu satu cara untuk menjadikan kami derita. Pernah suatu pagi, aku dan Afya sudah agak lewat untuk ke sekolah. Semalam suntuk kami tidak dapat melelapkan mata setelah Zionis mengumumkan operasi mencari pejuang Palestin dari pintu ke pintu di kawasan penempatan kami. Berlari. Afya di sebelahku. Berlari. Terhenti. Di hadapan kami parit sedalam empat meter merentangi jalan raya. Di bahu kiri dan kanan jalan kawat berduri menghalang yang tidak memungkinkan kami untuk lulus lepas ke sekolah. Lagi. Kamu tidak dapat bayangkan betapa mewahnya pandangan anak-anak kecil dengan ketakutan sewaktu deruman jet melintasi bumbung rumah mereka. Siapa tahu, itu mungkin giliran mereka untuk menjadi cebisan daging. Lagi. Lori-lori sampah disekat daripada mengutip sampah di kawasan kediaman kami. Natijahnya kawasan persekitaran kotor, menyebabkan kami lebih terdedah kepada penyakit. Lagi, oh tembok aparteid... Mungkin kamu sudah biasa dengar betapa perjalanan yang suatu ketika dulu mengambil masa yang singkat menjadi berganda jauh. Tembok itu juga menyebabkan sanak-saudara yang dahulu tinggal bersebelahan terpisah seolah-olah berada di dua buah negara yang berlainan. Lagi? Pernah Afya ceritakan kepada kami, jirannya sampai terpaksa minum dan masak menggunakan air akuarium kerana bimbang ditembak jika keluar mengambil air di telaga umum. Lagi, lagi dan lagi. Episod kekejaman Zionis ini masih berterusan dan belum menemui noktah.

Adik: Kakak! Kakak! Adik mahu jadi Izrail.

Siapa pun mahu jadi Izrail di bumi berdarah Palestin. Setiap hari kami hampir pasti bahawa Izrail berlegar di sekitar kami, cuma yang tidak kami pasti ialah giliran kami berhadapan dengannya yang hanya menjadi rahsia Tuhan. Entah, aku pun tak pasti. Pertolongan hanya sekali-sekala menjengah kami di Palestin. Entah, barang kali kami hanya menunggu turunnya Isa alahissalam. Entah, barang kali kami hanya menanti turunnya Imam Mahdi. Kami terlampau sangat memikirkan tentang kematian. Tentang Izrail! Tidak banyak yang dapat kami lakukan. Kebelakangan ini sedikit sedih... Bila HAMAS dan Fatah bertembung, dari Tel Aviv dapat kami dengar sayu tepukan gemuruh penjajah Zionis. Banyak nyawa yang terbazir lewat pertembungan itu. Mereka ini kenapa? Kita ini makin lemah bila berbalah berkenaan soal kecil. Sedar! Sedar! Sedar!

***
Anak-anak kecil berlari ke pintu masuk Kem Khan Younis. Sekejap-sekejap muncul kelibat anak kecil dari celahan khemah. Lelaki dan wanita berbondong-bondong mengerumuni pintu masuk itu. Sedikit demi sedikit sampai kawasan kecil itu penuh dengan rakyat Palestin tua muda yang menjadi pelarian di negara sendiri. Di hadapan kami, dua orang ibu tua meraung-raung sambil mendakap tubuh kecil yang sudah hilang nyawa. Suasana menjadi kacau. Adik merentap-rentap tanganku. “Kakak, adik mahu jadi Izrail!” Adik memandang tepat ke mataku. “Kakak, kakak! Adik mahu jadi Izrail!”

Petikan daripada amal-maahad.net


Baca Sambungan!

Jumaat, 10 April 2009

Selamat Menempuh Ujian

Assalamualaikum w.b.t

Salam peperiksaan. Selamat menempuh peperiksaan kepada seluruh warga AMAL2005 yang bakal dan sedang menghadapi ujian akhir semester. Semoga dengan iringan usaha, doa dan tawakkal kita kepada Allah S.W.T akan dikurniakan kejayaan. Doakan kejayaan bersama.

Ujian dan kehidupan merupakan dua elemen yang tak dapat dipisahkan. Setiap kehidupan perlu menempuhi ujian dan setiap ujian yang dihadapi pasti ada hikmahnya yang tersembunyi. Kembali kepada fitrah asal penciptaan manusia dan jin adalah semata untuk menjadi hamba kepada Rabbul 'alamiin.

Manusia juga diciptakan untuk memikul satu tugasan yang amat berat iaitu menjadi khalifah penegak agama Allah di muka bumi.

Oleh itu kita harus mempersiapkan diri kita untuk memikul tanggungjawab itu dengan ilmu.

Baca Sambungan!

Sabtu, 4 April 2009

Pengumuman...!!!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makluman kepada semua warga AMAL2005 khususnya dan seluruh warga AMAL amnya, abang ipar (Abe Mady, Pensyarah UIA Gombak) kepada Siti Razan bt. Rahim (MMP SPM 2005) telah kembali ke rahmatullah pada hari Jumaat 3 April 2009 (selepas solat Jumaat) akibat kemalangan jalanraya. Sama-sama kita sedekahkan Al-Fatihah kepada Allahyarham agar rohnya selamat dan termasuk dalam golongan mukminin dan solihin yang dijanjikan syurga Allah insyaallah.

Kepada Siti Razan dan keluarga, takziah atas pemergian Allahyarham. Semoga kekuatan dan ketabahan akan terus bersama kalian.

Dari Allah kita datang dan kepada-Nya kita pasti akan pulang.

Baca Sambungan!

Pengikut

Blog AMAL2005 dikendalikan oleh daivista Studios. Hakcipta terpelihara ©2009.